Dalam Al Alqur'an, sabar itu disebutkan 72 kali, menunjukkan besar sekali keutamaanya. Q.S. 13 (Ar Ra'd) : 22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).
Dalam hadist pun demikian. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan senantiasa mendapatkan cobaan baik di dalam dirinya, anaknya maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah ta'ala tanpa membawa dosa." (HR. Tirmidzi)
Sabar menahan marah, yang kombinasi antara emosi jiwa dan stimuli dari luar dikatakan pada sebuah hadist : Dari Mu'adz bin Anas radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang menahan marah padahal sebenarnya ia bisa untuk melampiaskannya maka nanti pada hari kiamat Allah subhanahu wa ta'ala akan memanggilnya di hadapan sekalian makhluk kemudian ia disuruh untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Yang dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat tetapi yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya pada waktu marah." (HR. Bukhari dan Muslim). Atau sabar saat kita kehilangan orang yang kita cintai. Mungkin saudara-saudara kita di aceh amat merasakannya saat ini. Apa kata hadist ttg ini? Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah ta'ala berfirman : "Tidak ada pembalasan bagi seorang hamba-Ku yang mukmin yang telah Aku ambil kembali kekasihnya dari ahli dunia ini kemudian ia hanya mengharapkan pahala daripada-Ku, kecuali pembalasan sorga." (HR. Bukhari). subhanallah... Bukankah tidak ada alasan untuk sedih dan berkeluh kesah? Karena apapun yg kita hadapi, balasannya adalah syurga.
Bagaimana bila ada yang sakit? Dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata : "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman : "Apabila Aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian ia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan sorga." (HR. Bukhari). Q.S. 8 (Al-Anfaal) : 66. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. Karena orang2 yg sabarlah yang bisa senantiasa teguh, menjalankan apa yang ia perjuangkan, bersama Allah, sampai akhir. sampai tujuan, dan kemenanganlah untuknya... Smoga Allah mengkaruniakan kita kesabaran dan menggolongkan kita ke dalam golongan orang2 yang sabar...
(Materi Kajian Muslimah tanggal 25 Januari 2005) Selengkapnya...
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin 'Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu berkata : "Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : "Tinggalkanlah apa yang kau ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kau ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kegelisahan." (HR. Tirmidzi)
Tentang efek yang ditimbulkan dari kejujuran, yaitu ketenangan yang harganya sangat mahal dan yang unik adalah siapapun ia, meski tak beragama, akan merasakan pula efek ini. Firman Alah SWT : "Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Ahzab : 24) Balasan yang dimaksud salah satunya tertuang pada hadits yang lain yaitu : Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Sesungguhnya benar/jujur itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke sorga; seseorang itu akan selalu bertindak benar/jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar/jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka; seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari dan Muslim).
Berarti sebenarnya tak ada pilihan lain, kecuali kita berusaha untuk senantiasa berlaku benar/jujur. Tapi kemudian kita juga merasakan tantangan/hambatannya sendiri, dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja rasa malu kalau ketahuan yang sebenarnya sehingga kita berbohong baik itu yang sifatnya kecil ataupun besar. Tantangan untuk menjadi jujur yang ingin saya diskusikan dengan akhwat semua adalah bagaimana kita bisa belajar menjadi pribadi yang lebih jujur apalagi terhadap diri kita. Bahkan pada taraf tertentu kadang kita bersikap seolah kita mampu membohongi Allah menipunya diam-diam. Padahal Allah Maha Melihat, Maha Mendengar. Ada hadist yang menarik. Dari Abu Tsabit, ada yang mengatakan Abu Sa'id, ada pula yang mengatakan Abul Walid Sahl bin Hunaif, dia adalah ahli Badar radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah ta'ala niscaya Allah akan mengabulkan ke tingkatan orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidurnya." Bagaimana kejujuran seorang hamba yang berniat mati syahid diketahui Allah hingga meski meninggal di atas kasur Ia tetap mengabulkannya. Allah yang tahu persis kenapa dia tak ada di medan perang dan tahu persis seberapa inginnya ia hingga dikabulkannya permohonan itu. Kejujuran, kebenaran, kelurusan hatinya mendorongnya mendapatkan karunia yang besar. Apa ada yang lebih baik dari syahid dan jannahNya?
(Materi Kajian Muslimah tanggal 18 Januari 2005) Selengkapnya...
Dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 14 dikatakan syahwat manusia kecenderungan pertama berasal dari perempuan. "Dihiasi manusia dengan syahwat yang muncul dari perempuan dan anak-anak....." Dalam surat ini dikatakan "manusia", bukan saja laki-laki. Artinya seluruh manusia memiliki syahwat kepada perempuan. Kalau dikatakan "manusia" artinya mencakup laki-laki dan perempuan juga. Kalau laki-laki memiliki syahwat kepada perempuan itu sudah normal, tapi bagaimana dengan perempuan terhadap perempuan?
Dalam kajian tafsir di Maqdis Bandung, ustadz Saiful Islam Lc menjelaskan maksud ayat ini kurang lebih sebagai berikut: Seorang perempuan bila melihat perempuan lain lebih cantik dari padanya, lebih baik dari dirinya, apakah itu pakaiannya, tas, sepatu, rumah, jilbab, perabotan dan lain-lain, biasanya langsung timbul keinginan dalam hatinya untuk bisa juga seperti orang yang dilihatnya itu atau memiliki keinginan untuk memiliki juga benda yang ada pada perempuan yang dilihatnya. Beda dengan laki-laki, laki-laki biasanya tidak timbul syahwatnya melihat sesamanya mengenakan pakaian bagus, lebih tampan, ujar Ustadz Saiful melanjutkan. Pantas saja sebelum meninggal, Rasul berpesan agar benar-benar melindungi perempuan, tidak saja banyak fitnah yang ditimbulkan oleh perempuan, tapi juga syahwat (keinginan) yang dapat menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan. Laki-laki bergairah mencari nafkah bisa disebabkan karena perempuan.Laki-laki melakukan KKN, pekerjaan tercela dan perilaku binatang bisa juga disebabkan karena perempuan. Perempuan, adalah makluk yang luar biasa, dari rahimnya lahir manusia setingkat Rasulullah dan sehina Fir'aun. Pesan Rasulullah kepada perempuan, hati-hatilah dalam kehidupan dunia, jangan jadi penggoda, sebagaimana perempuan juga suka digoda.
(Pada saat sesi diskusi, banyak pertanyaan yang bermunculan dari akhwat yang hadir. Ada juga yang mengemukan contoh kasus yang sering menimpa akhwat. Salah satunya sebagai berikut ini berikut tanggapan dari akhwat yang lain)
Pengamatan saya, sikap akhwat seringkali disalah-mengertikan oelh ikhwan. Ketika akhwat bersikap ramah, dibilang terlalu centil, tapi kalo agak jaga hijab dibilangnya kok ya gak ramah. Kadang jd bingung, kita akhwat mesti gmn sikapnya. Lebih sadisnya lagi, ketika ramah dibilang TEBAR PESONA, ketika TEGAS dan jaga HIJAB dibilang GALAK dan JAIM
- Jadi diri sendiri aja, selama masih dalam koridor islam - Tiap orang punya zona aman dan nyaman sendiri dalam berinteraksi, so selama masih dalam batas syar'i ya no problem. Lagian gak semua ikhwan gitu kok. - Menjadi akhwat memang tidak pernah mudah hehehehehe - Menurut Ane sih ga perlu takut, kita kan ada di kordor yg benar, jangan2 sampe dibilangin, galak, jaim, dsb kita malah membuat kelonggaran - Kayaknya si, apa pun yg kita lakukan pasti akn dpat tanggapan dr orang lain, entah itu sesama akhawat atau orang lain, yg perlu diperhatikan dan kita pikirkan adl apa yg kita lakukan itu disukai Allah.? kyanya itu aja yg penting - Klo ngurusin pendapat orang nggak ada habisnyaaa. Seperti kisah Lukmanul Hakim dengan anaknya waktu naik keledai dulu. Pasti tau donk ceritanya gimana :) - Dalam kehidupan sehari-hari, pasti ada kondisi yang mengharuskan akhwat berinteraksi dengan ikhwan. dan dalam organisasi, perlu adanya koordinasi, yg mau tidak mau anggotanya kan ga semua akhwat. Jadi tidak bisa nenghindar. - Menurutku sih, kita jangan terlalu disibukkan atau malah menyibukkan diri dengan hal hal yang nggak terallu penting. mengenai tanggapan ato komentar ikhwan tentang 'kebaikan kita' yg dianggap sok sok an lah, ato apalah no comment-in aja! ya kalu emang ikhwannya protes ato komentar, kalo berani kita jelaskan (ngapain nggak brani?), ato kita protes balik aja, kok repot2 sih! - Seperlunya aja, klo memang mengharuskan kita untuk telp ya telp, klo rapat ya rapat, sesuai sikon dan kondisi tapi tetep harus dalam KORIDOR syar"I - Sebaiknya tidak menganggap sepele hal sekecil apapun, karena dari hal yang kecil bisa menimbulkan hal-hal besar. Afwan. - Katanya nih laki-laki itu sensitif banget, jadi musti hati-hati diemnya ajah kita bisa jadi buat dia ada sesuatu perasaan. makanya perempuan gak boleh jalan di depan laki-laki dan harus menghindari jalanan ramai laki-laki. se"ikhwan" apapun dia tetap laki-laki lho - Hati2 dg laki2., walau akhwat sudah berhijab , tetap aja ada daya tarik tuk mrka... jadi sbgai akhwat emang hrs super ekstra hati2. gak pa pa ekslusif ke laki2. emang kita ekslusif spesial buat suami tercinta
(Materi Kajian Muslimah tanggal 13 Januari 2005) Selengkapnya...
Cinta dan kasih sayang adalah ruh kehidupan dan pilar keselamatan bagi umat manusia. Apabila kekuatan gravitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbukan satu sama lain, sehingga terselamatkan dari kehancuran, terbakar atau berguguran, maka perasaan cinta dan kasih sayang menjadi tali perekat antara sesama manusia sehingga tidak terjadi pertumbukan antara sesamanya yang dapat menghantarkan pada kehancuran. Sehingga dikatakan, Seandainya cinta dan kasih sayang telah mempengaruhi dalam relung kehidupan, niscaya manusia tiada lagi membutuhkan kadilan dan undang-undang. Mengapa ??........ Jika kita simak hamparan alam semesta sesungguhnya Allah menciptakan semuanya dalam naungan keseimbangan cinta dan kasih sayang-Nya. Sehingga tiada satupun ciptaan Allah yang sia-sia. Tidakkah engkau lihat dalam ciptaan Tuhan yang pemurah itu serba teratur. (QS. 67 : 3)
Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS 3 : 191) Bila kita perhatikan dan renungkan dengan seksama, terciptanya manusia pun adalah hasil pertautan cinta dan kasih sayang dua insan yang memadu cinta. Cinta adalah satu-satunya mutiara yang dapat memberikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Kita mencintai segala sesuatu dan segenap insan, bahkan mencintai kesulitan, rintangan dan tribulasi kehidupan yang menghadang disekitar kita sebagaimana kita mencintai nikmat dan kesenangan. Karena rintangan dapat membangun semangat dan melahirkan kekuatan untuk menghadapi tantangan, menggerakkan dan membangkitkan jiwa untuk berbuat dan bertindak. Maka dengan cintalah seharusnya manusia bertindak, cinta dalam arti yang hakiki. Kenikmatan dan penderitaan muncul akibat mendapatkan yang cocok dan meleset. Cinta mengawal perubahan Cinta kata Syaikh Jasim Badr al Muthawwi' adalah jalan pintas menuju perubahan. Betapa banyak jiwa yang berubah menjadi baik disebabkan oleh cinta. Berapa banyak akal yang terbenahi dikarenakan oleh cinta? Akan tetapi betapa tidak sedikit jiwa yang linglung, limbung dan hilang keseimbangan juga "gara-gara" cinta? Dan banyak lagi akal yang gila karena terserang virus cinta??? Alkisah...hmmm....Al Ash bin Rabi', suami Zainab binti Muhammad saw, lari kota Makkah karena lari dari Islam. Akhirnya Zainab menulis surat padanya karena dorongan rasa cinta dan kembalilah Al Ash memenuhi panggilan cinta dan masuk Islam. Thufail bin Umar Ad-Dausi, ketika telah memeluk Islam, istrinya pun datang menghampiri. Namun ia melarangnya seraya berkata, Engkau telah menjadi haram bagiku ! Mengapa?, tanya isrinya heran. Aku telah memeluk Islam, jawabnya. Maka sang istripun berkata, Aku telah menjadi bagian dari dirimu dan engkau telah menjadi bagian dari diriku. Agamamu adalah agamaku, maka akupun memeluk Islam. Itulah pernyataan ke-Islam-an secara sadar dan murni karena dorongan cinta. Itulah tanda bukti cinta, bahwa ia tunduk kepada orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingannya sendiri. Namun menurut Ibnu Qayyim, cinta seseorang terhadap orang lain sejatinya untuk dirinya sendiri. Yakni meraup nikmat cinta untuk dirinya. Bila kita cinta Allah, maka Allah pun akan mencintai kita dan melimpahkan rahmat serta ridha-Nya. Bila kita cinta Rasulullah saw tentu kita berharap mendapatkan syafaatnya dihari kiamat. Maka bila anda cinta diri anda, selamatkan diri anda dan berubahlah sejak sekarang.... *dari Buku Tarbiyah Dzatiyah seri Kiat Sukses Manajemen Diri
(Materi Kajian Muslimah tanggal 12 Januari 2005) Selengkapnya...
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)"(QS. Ali Imran : 14)
Dari redaksi ayat di atas, kita melihat bahwa "rasa cinta" pada diri manusia adalah sesuatu yang dihiaskan Allah. Atau dengan kata lain, cinta adalah sebuah "perhiasan" yang dianugerahkan Allah pada diri manusia.
Sebuah perhiasan, akan memiliki makna (berfungsi) secara optimal manakala dia ditempatkan pada tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat. Sebagai contoh, sebuah lukisan karya Leonardo Da Vinci yang harganya bisa mencapai jutaan dollar Amerika, dia akan berfungsi secara optimal manakala diletakkan di sebuah galeri lukis, atau minimal di sebuah ruang tamu yang megah. Coba anda bayangkan jika lukisan itu digantungkan di kamar mandi sebuah toilet umum di kawasan sebuah terminal di Jakarta (yang jelas pasti akan dicolong orang hehehe…).
Demikian juga dengan "cinta", sebuah "perhiasan" anugerah Allah untuk kita manusia. Dia tidak boleh diumbar di sembarang tempat dan di sembarang waktu. Penempatan rasa cinta yang tepat akan menghasilkan optimalisasi fungsi perhiasan tersebut.
Hakikat iman sendiri adalah perasaan cinta yang amat sangat dan tidak tertandingi kepada Allah. Walaupun pada dasarnya manusia juga diberi potensi untuk mencintai dunia (materi). Namun kecintaan kepada dunia tidak boleh menandingi (apalagi melebihi) kecintaan kepada Allah.
(Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal))
Cinta pada diri manusia bisa dibagi menjadi dua: 1. Cinta yang bersifat thobi’i (tabiat, natural, alamiah) à (QS. 3:14) 2. Cinta yang bersifat syar’i (syari’at) à (QS. 49:7)
Cinta yang thobi’i ada pada manusia semenjak dia lahir. Sedangkan cinta yang bersifat syar’i ditanamkan oleh Allah pada diri orang-orang mu’min.
Cinta yang thobi'i muncul dalam bentuk kecenderungan kepada apa-apa yang diingini (hubbussyahawat) seperti yang diungkapkan dalam Q.S. 3:14. Kata syahwat disini tentunya bukan hanya berarti nafsu libido seperti yang dimaknai dalam bahasa Indonesia. Dari sini lahirlah sikap hubbuttamaluk atau keinginan untuk memiliki yang sifatnya fana.
Cinta yang syar’i landasannya adalah keimanan yang dianugerahkan Allah secara khusus pada diri orang-orang mu’min. Dari sini lahirlah kondisi mawaddah warrohmah (keinginan yang sangat terhadap yang dicintai).
Ciri-ciri adanya Cinta (‘alamatul-hubb) Ada beberapa ciri yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki rasa cinta terhadap sesuatu. 1. Adanya perasaan ta'ajub. Kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “takjub” atau “pesona”. Kecintaan terhadap sesuatu meniscayakan adanya pesona yang terkandung dalam sesuatu yang kita cintai tersebut. 2. Adanya perasaan roja’ (harap) dan khouf (cemas) Perasaan harap-harap cemas adalah reaksi yang lazim muncul dalam interaksi yang dilandasi oleh rasa cinta. Untuk menyebut sebuah contoh, cobalah tengok acara H2C di salah satu statsiun TV (Loh kok, promosi…) 3. Munculnya perasaan ridho (rela). Terhadap apapun yang diminta oleh orang yang kita cintai, sejauh itu bisa kita lakukan, maka biasanya kita dengan senang hati melakukannya. Tengoklah ungkapan orang yang sedang dimabuk cinta; Gunung kan kudaki, lautpun kan kuseberangi, dsb dsb. 4. Lahir perilaku dzikr (sering menyebut objek yang di cintai) 5. Muncul sikap tadhhiyyah (pengorbanan)
Prioritas Cinta (al-iitsaru fil hubb) Islam mengatur prioritas dalam menempatkan rasa cinta, yang seharusnya dita’ati oleh setiap mu’min (QS. 9:24). 1. Prioritas cinta yang pertama adalah Allah Swt. 2. Rasul dan Al-Islam 3. Al-Jihad 4. Al-Mu'min
Tertib Cinta (Marotibul-hubb) Di awal disampaikan bahwa rasa cinta adalah “perhiasan” yang semestinya ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat. Kecintaan kepada Allah Swt adalah kecintaan tertinggi yang harus kita prioritaskan. Namun demikian, Allah Swt tidak akan pernah mendzolimi manusia dengan mereduksi rasa cinta manusia terhadap hal-hal lain yang bersifat materi. Hanya saja, yang dituntut dari kita adalah menempatkan rasa cinta itu secara proporsional (marotibul-hubb), atau dengan kata lain memberikan proporsi cinta yang tepat terhadap segala sesuatu.
Proporsi seperti apakah yang semestinya kita berikan atau kita tempatkan terhadap sesuatu yang kita cintai?
1. Ta'athuf (artinya kurang lebih: simpati) Walaupun agak sulit mencari padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, namun bisa dikatakan bahwa ta’athuf adalah “rasa cinta” terhadap hal yang bersifat materi (madah) atau dunia. Kecintaan terhadap dunia (materi) harus diletakkan sewajarnya dengan tidak berlebih-lebihan. Ingat do’a yang meminta agar Allah meletakkan dunia di "tangan" kita, dan bukan di "hati" kita. Dan banyak ungkapan lain yang mengingatkan kita untuk “tidak terlalu” mencintai dunia. Dari kecintaan terhadap materi (dunia) ini lahirlah sikap intifa (memanfaaatkan). 2. Shobabah (artinya kurang lebih: curahan, menuang) Tingkatan ini lebih tinggi dari sekedar ta’athuf (simpati). Kecintaan yang bersifat shobabah semestinya di curahkan kepada sesama muslim (Al-muslim). Dari sini lahirlah sikap ukhuwah. 3. As-syauq wal ghorom (kerinduan yang sangat) Sasaran dari rasa cinta ini adalah Al-mu’min. Dari sini lahir sikap kasih sayang dan pengutamaan (mawaddah wa tafadhol) 4. Al-‘Isyq (Artinya kurang lebih "kemesraan") Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah asyik-masyuk yang diserap dari istilah ini. Object dari perasaan ini adalah Ar-Rasul dan Al-Islam. Lahir sikap jihad dan pengorbanan (al-jihad wat-tadhhiyyah) 5. At-Taim (kemesraan yang sempurna, yang utama) Obyek dari kecintaan tertinggi ini adalah tentu saja Allah ‘Azza Wajalla. Dari sini lahirlah sikap 'ubudiyah (penghambaan).
Jika kita menempatkannya secara proporsional, kecintaan terhadap sesuatu tidak mereduksi kecintaan kepada yang lain. Ada satu ungkapan dari Ibnu Taimiyah. : mencinta dicinta tercinta adalah keutamaan mencinta tercinta. Kecintaan kita kepada sesuatu yang dicintai oleh orang yang kita cintai adalah kesempuranaan dalam mencintai orang tercinta. Allah mencintai Rasulullah. Maka wajib bagi kita untuk mencintai Rasulullah sebagai ungkapan keutamaan cinta kita kepada Allah. Kecintaan kita kepada Rasullulah adalah karena kita cinta kepada Allah. Karena kecintaan kepada Allah adalah prioritas tertinggi, maka CINTAILAH SEGALA SESUATU ITU KARENA KECINTAAN KITA KEPADA ALLAH.
Pertanyaan : Bagaimana caranya menimbulkan rasa khauf dan roja’? Khauf dan roja itu memiliki kaitan yang sangat erat dengan intensitas ibadah kita. Peningkatan ibadah adalah sebuah syarat mutlak untuk menimbulkan rasa khouf dan roja’. Pola hubungan manuisa dengan Allah bisa diumpamakan seperti di bawah ini: 1. Pola hubungan budak dengan tuannya (QS. 3:102) Seorang budak biasanya melakukan tugas karena adanya rasa takut (khouf). Jadi, landasan perbuatannya adalah karena takut terhadap tuannya. Lahirlah sikap istiqomah. * pola hubungan budak-tuan à landasan: khouf / takutà lahir sikap: istiqomah
2. Pola hubungan penjual-pembeli (QS. 9:111) Dalam kontek ini, Allah adalah pembeli dan kita penjual. Seorang penjual selalu berusaha agar barang yang dijualnya memiliki performance yang bagus. Landasan sikap seorang penjual adalah “harapan” (roja’) untuk mendapatkan keuntungan. Dari sini lahirlah sikap mementingkan kerapihan kerja (itqonul ‘amal) * pola hubungan penjual-pembeli à landasan: roja’ / harap à lahir sikap: itqonul 'amal (kerapihan kerja)
3. Pola hubungan kekasih (QS. 5:56, 2:165) Landasan dari pola hubungan ini adalah cinta (mahabbah). Lahirlah sikap ridho * pola hubungan kekasih à landasan: mahabbah / cinta à lahir sikap: itqonul 'amal (kerapihan kerja)
Untuk menumbuhkan mahabbah kepada Allah caranya adalah dengan taqqorub ilallah (mendekatakn diri kepada Allah). Bukankah kita juga selalu ingin dekat dengan orang yang kita kasihi?
Wallahu a’lam bisshowab.
(Materi Kajian Muslimah tanggal 16 Februari 2005) Selengkapnya...
Poligami dalam wacana syariat Islam bukanlah sesuatu yang hukum dasarnya dianjurkan apalagi diwajibkan, tetapi yang benar bahwa hukum dasarnya adalah dibolehkan.
Dalam kasus tertentu, polygami merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah social karena polygami sebagai cara untuk menyelesaikan masalah sosial itu bersumber dari ayat Qur'an.
Dalam keluarga yang tenteram dan sejuk (sakinah) antara suami dengan isteri terjalin rasa sayang (mawaddah) dan cinta-kasih (rahmah) timbal-balik, sedangkan dalam hal yang kasuistik, keluarga sakinah dapat pula tercipta dengan rumus: mawaddah dan rahmah berbagi dalam diri dua, tiga, ataupun empat isteri.
Polygami menurut ajaran Al Quran bukanlah suatu pintu gerbang yang dilalui oleh umum, melainkan hanya berupa pintu khusus untuk hal-hal yang kasuistik. Sebab turunnya ayat menyangkut polygami berlatar belakang kasus yang khusus, yaitu adanya sejumlah anak yatim beribukan janda akibat peperangan. Polygami memberikan jalan keluar bagi permasalahan membesarkan, memelihara, mendidik anak-anak yatim. Firman Allah:
Wa in Khiftum Alla- Tuqshituw fiy lYatamay faNkihuw Ma- Tha-ba laKum min nNisa-i Matsnay wa tsulatsa wa Ruba'a, fa in Khiftum Alla- Ta'diluw fa Wa-hidatan aw Ma- Malakat Ayma-nukum (pabila engkau khawatir tidak dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau nikahilah apa yang dapat kamu kuasai dengan tangan kananmu) (QS.An Nisa-',3).
Al-Quran memberi syarat yang lumayan berat untuk berpoligami yaitu asas keadilan. Selain itu tentu saja kecukupan harta dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Jangankan hukum dasar poligami, sedangkan hukum nikah (untuk yang pertama kali) pun bukan mutlak sunnah atau wajib, tetapi dikembalikan kepada kondisi seseorang. Karena itu bila kita cermati hadits-hadits yang menganjurkan nikah, maka kita dapati bahwa selalu ada syarat yang dikedepankan sebelum seseorang dianjurkan untuk menikah.
Polygami sebagai pintu khusus yang kasuistik mempunyai persyaratan berlaku adil seperti bunyi ayat (4:3). Dapatkah seorang suami berlaku adil bagi isteri-isterinya? Dalam kasus-kasus tertentu mengapa tidak, yaitu sang suami berbagi rata rasa mawaddah wa rahmah. Apa tolok ukurnya suami telah berlaku adil?
Kalau di antara isteri-isteri itu hidup rukun secara ikhlas, itulah tolok ukurnya. Persyaratan persetujuan isteri dalam Undang-Undang Perkawinan pada hakekatnya merupakan penafsiran kontextual dari ayat (4:3).
Di samping mengemukakan polygami sebagai jalan keluar untuk kasus yang khas, ayat (4:3) mengemukakan pula salah satu metode untuk menghilangkan perbudakan secara mulus, (yang dikuasai dengan tangan kanan). Dengan cara ini perbudakan dihentikan dengan jalan memotong garis keturunan budak-budak perempuan. Keturunan dari hasil perkawinan itu bukanlah budak lagi. Menurut Sunnah RasuluLlah SAW, beliau menikahi budak dengan memerdekakannya sebagai mahar, yaitu Syafiyyah binti Huyay, Rayhana binti Zaid dan Mariyah binti Syam'un Al Qibthiyyah.
"Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu maka menikahlah, karena menikah itu bisa menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Tapi bila tidak mampu, maka hendaklah puasa, karena puasa itu dapat membentengi".
Jadi menikah itu menjadi suatu anjuran asal sudah memiliki kemampuan dan bila kemampuan itu belum ada, maka tidak lagi dianjurkan. Bahkan hukumnya pada kasus tertentu bisa menjadi makruh dan sampai kepada haram. Sedangkan mereka yang mampu, memang dianjurkan dan yang sudah sampai pada batas zina malah diwajibkan.
Sehingga dalam kitab-kitab fiqih, para ulama memberi hukum menikah itu dengan lima hukum, yaitu sunnah, wajib, mubah, makuh dan haram. Semua tergantung kondisinya.
Maka begitu juga dengan poligami, hukumnya sangat ditentukan oleh kondisi seseorang, bahkan bukan hanya kondisi dirinya tetapi juga menyangkut kondisi dan perasaan orang lain.
Inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah : bahwa hukum poligami itu ada dlm qur'an, kita sebagai muslimah tdk bisa membantahnya, walaupun hukum poligami ini sifatnya hanya dibolehkan
(Diskusi muslimah dengan tema "Poligami" hampir selalu berlangsung seru. Ada yang pro, kontra, maupun yang berada di tengah-tengah. Meskipun begitu, pada akhir diskusi, semua sepakat bahwa Poligami memang diperbolehkan dalam Islam. Sebagai seorang muslimah yang paham Islam, tidak selayaknya menentang adanya poligami ini. Berikut komentar-komentar yang muncul dari peserta diskusi berkaitan dengan poligami)
Poligami sering dipandang negatif, terutama oleh kaum non muslim. Ada pengalaman seorang ukhti yang sedang bermukim di Jepang, yang pernah ditanya oleh orang Jepang apakah suaminya mempunyai istri banyak, karena dalam imagenya, poligami identik dengan Islam. Oleh karena itulah, seorang muslimah perlunya memahami konteks ajaran islam dengan sedemikian baik, melihatnya dari berbagai sisi. Kita perlu benar2 menggali lebih dalam ttg apa dan bagaimana sebenarnya, agar persepsi kita menjadi baik. Poligami sudah ada ketentuannya dalam Al Qur'an. Insya Allah pada dasarnya tak pernah ada yang salah dari ketetapanNya, hanya banyak saja banyak yg belum kita temukan. Misalnya saja latar belakangnya, efek2nya, syarat2nya, dsb. disini kita perlu 'melupakan' sejenak bahwa kita perempuan yg akan menjadi istri, supaya lebih obyektif. Kemudian setelah itu, bila itu menyangkut diri kita, kita bs pertimbangkan dengan baik, bermusyawarah dsb.
Yang agak berat biasanya khan krn perasaan sang wanita yg akan di madu nah.. biasanya jadi menyalahkan adanya Poligami tsb yg ada di dalam Islam terutama kaum feminis
Temanya yang laen boleh ga? Belum siap nih. Baru nikah soalnya.
Aku stuju adanya poligami dlm quran..
Bikin perjanjian ama suami sebelum menikah
Gimana klo ngijinin suami poligami klo kita udah meninggal ? karena rosulullah berpoligami setelah Siti Khadijah meninggal. Dan gimana klo mengijinkan suami hanya menikah dengan janda-2 aja?
Malam ahad kmrn ikut kajian di DT, ustaznya blg, sudah fitrahnya akhwat itu berjiwa monogami, dan ikhwan berjiwa Poligami, jadi sebagai akhwat bagaimanapun harus siap untuk dipoligami
Saya pikir poligamy buat suatu keharusan... itu adalah sebuah keputusan yang dibuat 2 belah pihak (suami-istri). Klo salah satu ga setuju maka poligamy tidak boleh terjadi
Pada prakteknya poligami sekarang kan sudah melenceng dari apa yg dicontohkan Rasulullah dan nabi2 sebelumnya
Poligami disukai laki2 dibenci wanita
Poligami juga memberi kesempatan kepada akhwat untuk memasuki pintu surga bila hatinya ikhlas.
Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
265]. Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266]. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
tapi menurut saya sebagai Istri, kita harus memenuhi kewajiban kita sebagai istri, seperti melayani, bertutur lemah lembut dsb.. setelah kewajiban sudah dilaksanakan tentunya akan memperkecil keinginan sang Suami utk berpoligami..
Diizinin aja, daripada selingkuh atau suami maksiat khan kita sbgai ikut nanggung
Kalo nurut saya sih, klo memang itu satu2 nya solusi yang harus ditempuh ya apa boleh buat
Mungkin ini juga semacam ujian yang allah berikan kepada kaum hawa untuk sejauh man mengetahui kecintaan kepada NYA
'afwan klo boleh berkata, sesungguhnya kita sebagai akhwat, ga usah trlalu takut atau dipusingkan ttg poligami, mau tdk mau kita memang harus siap, klo suami kita nanti poligami, atau mungkin juga harus siap klo trnyata kita dtakdirkan jadi yg ke2, yg hrs dipersiapkan skrg adalah gmna kita memilih suami yang sholeh, krna suami yg sholeh dia akan menjaga perasaan istrinya, dan tdk akan berbuat zhalim thdp istrinya, klopun dia mau poligami, dia pasti akan benar2 menjaga perasaan istrinya dan mempertimbangkannya masak2, ksh bocoran aja yach Aa' Gym tuch dah diizinin sama teh ninih utk poligami, tapi beliau tidak mau poligami
Poligami, menurut pasangan poligami yang pernah cerita ke saya, adalah untuk membentuk sebuah sinergi dari kekuatan yang tercerai-berai dari setiap istri. mulainya ayat ttg poligami itu diawali dari 2..3..sampai 4
Pertanyaan :
Bagaimana bila poligami dilakukan dengan niat untuk mendapatkan keturunan?
Alasannyanya syar'i, karena bukankah suatu yg wajar sekali klo seorang menginginkan keturunan, dan krn nya ia berijtihad utk mendapatkannya dgn cara poligami. Karena telah dikatakan bahwa keturunan yang soleh adalah salah satu tabungan ketika kita meninggal Bukankah nabiullah ibrahim melakukan hal yg sama. Setelah bertahun2 menunggu akhirnya beliau menikah kembali.
Masalah keturunan....menurut saya juga bagian dari hak prerogatif Allah. Ketika kita berusaha semaksimal mungkin, suami istri sehat, subur, tetapi Allah memang belum memberi anak. Jadi istri tidak bias disalahkan. Kalau soal kesulitan anak, ada contohnya nabi Zakaria.
Awal adanya poligami adalah bahwa Rasul ingin menyelamatkan janda-janda korban perang, agar mereka terlindungi. Kembali saja pada awal adanya poligami...seharusnya itu pegangannya ketika seorang suami ingin berpoligami
Knp gak poenya keturunan selalu dijadikan alasan suami utk berpoligami, kalo gitu hukumnya apa dong.. Apa islam memang mengijinkan pdhal si istri gak mau dipoligami krn tau kualitas suaminya gak bisa adil satu aja keteteran..apalagi 2
Sebenarnya kita ga bisa menilai hal ini dengan satu sisi. Apalagi menggunakan perasaan perempuan.
Tambahan artikel tentang poligami untuk referensi :
Hukum Poligami
Ukhuwah adl karunia Ilahi yg dituangkan Allah dalam hati2 hamba2Nya yang ikhlas dan bertakwa. Ukhuwah terjalin karena perasaan cinta yang dilandasi iman dan takwa. Sekalipun ada cinta, jika tak ada dasar iman dan takwa, persaudaraan sulit terwujud dan lebih banyak kemungkinan unk saling bertolak belakang.
Untungnya Berukhuwah
Faidah ukhuwah Islamiyah sangatlah besar karena itu Allah pun memberikan kedudukan utama dan mulia serta keutamaan yang banyak bg mereka yg mau mewujudkannya.
Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam pernah bercerita:
Seorang laki2 berkunjung kepada saudaranya karena Allah. Lalu Allah menyuruh seorang malaikat unk mengikuti laki2 itu.
Malaikat bertanya 'Mau kemana engkau?',
laki2 itu menjawab 'Aku mau mengunjungi saudaraku, si Fulan'.
Malaikat berkata 'Apakah engkau punya keperluan dengannya?'
Laki2 itu menjawab 'Tidak ada!',
Malaikat berkata 'Apakah ada pertalian kerabat antara engkau dan dia?',
Laki2 itu menjawab 'Tidak!',
Malaikat berkata 'Barangkali ada satu nikmatnya dgn kunjunganmu kepadanya?',
Laki2 itu menjawa 'Tidak!',
Malaikat bertanya 'Kalau begitu apa keperluanmu?'
Laki2 itu menjawab 'Aku menyenangi dia karena Allah'
Malaikat berkata 'Sesungguhnya Allah telah mengutus aku unk menyampaikan berita padamu bahwa Allah mencintaimu karena engkau mencintainya. Maka Allah telah mewajibkan kamu masuk surga (HR Muslim)
Agar Ukhuwah Awet
1. Nyatakan rasa cintamu (ngga main2 loh...Rasulullah sendiri yang menganjurkan)
Seperti dalam Hadist Rasulullah:
"Apabila seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia mengatakan rasa cintanya kepadanya" (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
2. Saling mendoakan
Org yang mendoakan saudaranya pun tdk akan rugi karena keutamaan doa itu sendiri akan ttp kembali kpd org yg mendoakan, spt dalam sebuah hadist:
" Tidaklah seorang hamba mukmin berdoa unk saudaranya dari kejauhan, melainkan malaikat berkata 'Dan bagimu seperti itu' " (HR Muslim)
3. Saling memberi hadiah
Jgn terlalu dipikir susah. Pemberian hadiah tdk hrs menunggu momen2 tertentu apalagi dgn momen bid'ah spt ultah. Juga tdk perlu sesuatu yg bernilai finansial tinggi. Yang diukur adl bkn nilai finansialnya, tp makna dr pemberian hadiah itu sendiri.
Pemberian hadiah spt ini akan menumbuhkan perasaan cinta antara pemberi dan yg diberi, Rasulullah bersabda:
"Saling memberi hadiahlah, niscaya kamu akan saling mencintai" (HR Al Bukhari)
(ehem2...senengnya yang baru dapet hadiah dr saudari yg mencintainya..., mau juga dong "neng" dikasih hadiah...)
4. Melepas kesusahan saudaranya
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa melepaskan salah satu kesusahan dunia dr seorang mukmin, maka Allah akan melepaskan salah satu kesusahan hari kiamat darinya. Barang siapa memudahkan org yg dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya didunia dan akhirat" (HR Muslim)
5. Memenuhi hak sesama muslim
Yang ini dibagi menjadi 2, hak umum dan hak khusus.
Hak umum:
Dikenal melalui hadist yg bersumber dr Abu Hurairah, Rasulullah berkata:
"Hak muslim atas muslim lainnya ada 6: menjawab salam, menghadiri undangan, memberi nasehat, mendoakannya bila bersin, menjenguknya bila sakit, dan mengantarkan jenazahnya" (HR Muslim)
Hak khusus:
- berinteraksi dlm segala hal
Mestinya, saudara sesama muslim kita jadikan teman dlm meniti kehidupan beragama kita. Teman dalam suka dan duka, ada rasa saling memiliki dan memahami. Bahkan berusaha unk mementingkan urusan saudaranya dr urusannya sendiri sbg wujud perngorbanan tulus unk membahagiakan saudaranya.
- menutup aib
Aib saudara sesama muslim wajib disimpan demi menjaga kehormatannya. Ini akan terwujud jk ada kesadaran bahwa aib saudaranya seakan2 aibnya sendiri.
Rasulullah bersabda:
"Tidaklah seorang hamba menutup aib hamba yg lain, kecuali Allah menutupi keburukannya pada hari kiamat" (HR Muslim)
Cara2 yang bisa ditempuh untuk mengetahui aib diri kita
1. Menghadap seorang ustadzah/ustadz yang bisa mengetahui aib jiwa, sehingga dia bisa mengenali aibnya dan sekaligus mengobatinya. Yang seperti ini seringkali terjadi, dan cukup banyak dokter yang menanganinya
2. Mencari teman karib yang jujur, dapat dipercaya dan bagus agamanya. Dia bisa menjadikan teman karib itu sebagai pendampingnya, agar memberinya peringatan dari akhlak atau perbuatannya yang kurang baik.
3. Mengambil manfaat tentang aib dirinya dari penuturan musuhnya. Sebab mata yang penuh kebencian itu akan memancarkan keburukan. Manfaat yang dapat diambil oleh musuh mengingatkan aib dirinya. Hal ini lebih bermanfaat bagi dirinya dari pada teman karib yang mencari muka dan menutupi aibnya. Kita semua tentu ingat, bahwa rasul pun menuntun kita untuk mengetahu kepribadian seseorang.. tidak saja dari teman karibnya... tapi juga dari musuh2nya
4. Melihat jika manusia menjauhinya, berarti ada yang salah pada dirinya
Lalu apalagi yg ditunggu? Kita sudah tau keutamaan ukhuwah dan kiat2 agar keutamaan itu dpt kita rasakan scr continue...
Niatkan akhuwah ini karena Allah semata agar bernilai ibadah.
(Materi disampaikan oleh : Nisa dengan sumber: Elfata edisi 09/II/2002 dan seri tazkiyatun nafs)
****
Masuk sesi diskusi, banyak pertanyaan bermunculan dari peserta. Antara lain pertanyaan berikut ini berikut tanggapan dari peserta kajian yang lain.
Bagaimana menyikapi saudara yg suudzhon sama kita?
* Tentang suudzhon...ane pernah baca suatu nasehat yang sangat indah...bunyinya begini: kepada saudara sendiri... habisin dulu husnuzhonnya, baru suudzhon...
Hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang harus diupayakan dengan sebaik-baiknya.
Hal ini karena Allah SWT telah menggariskan bahwa mu’min itu bersaudara (QS 49: 10). Oleh sebab itulah segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkokoh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan. Dan agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan (berbaik sangka).
Berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada surat Al Hujurat ayat 12.
Lalu bagaimana menghadapi teman kita yang suudzon pada kita?
1. introspeksi diri, dan fokuskan pada isi kritikan. Muhasabah, karena kita hidup bermasyarakat. Apakah benar seperti yang di prasangkakan. Kalau tidak benar: jawablah dengan hikmah, hujjah yang baik dan lemah lembut. Kalau tidak: sabar. Sebaiknya kita menghargai setiap kritikan yg masuk, apalagi jika diberikan dengan cara yang benar.
Namun kita juga punya adab dalam bermasyarakat dan seupaya mungkin, kita disarankan untuk menutupi aib saudara kita. Inget kisah imam hasan al Banna...
Suatu ketika, seorang sahabatnya mengkritik suatu permasalahan dalam islam, habis2an. Bahkan dipublish kemana2, sehingga semua orang pun membaca. Sahabat2 al imam yang lain tersinggung berat, karena apa yang dituduhkan, tidaklah sepenuhnya benar. Namun apakah yang dilakukan oleh as syahid hasan al banna?? Beliau memilih diam, bersabar dan menyerahkan pada ALLAH. Karena kala itu, jika ditanggapi, apalagi dengan emosi,justru akan banyak mudhoratnya. Dan ternyata diamnya al imam sungguh berhikmah. Sekarang, sahabat yg dulu menghujat habis2an itu malah menjadi partnernya dalam menyiarkan da'wah islamiyah. Dialah Sayyid Qutb.
Demikian saja , tentang menyikapi suudzhon... bercermin pada al imam hasan al banna
(tambahan : artikel tentang suudzon http://unisa.f2o.org/min62/artikel.php?view=30)
* Bila teman kita suudzon, sebaiknya positive thingking saja. Jadikan itu sebagai bahan muhasabah, mungkin ada yang salah pada diri kita dan musti diperbaiki.
Bagaimana mengatasi rasa trauma karena pernah dikecewakan teman padahal selama ini ukhuwah erat terjalin?
* Ukhuwah is ukhuwah , InsyaAlloh klo kita Ikhlas tidak akan ada namanya kecewa dan trauma, seburuk apapun perlakuan atau ketidakadilan yg kita dapat dari ukhuwah itu sendiri.
* Dinding ukhuwah bisa runtuh manakala kita hanya menuntut kesempurnaan, kebaikan dari saudara kita, tanpa mau mengerti keadaan saudara kita itu. Jadi intinya, dalam berukhuwah, kedua belah pihak harus mmemaklumi dan memahami kekurangan masing-masing. Contoh kasus, ada yang merasa kecewa kepada seorang teman karena kecuekannya. Padahal karakter orang tersebut memang demikian, cuek. Selengkapnya...
Room Kajian Muslimah ini merupakan program Divisi Kewanitaan IMB. Insya Alloh diselenggarakan sepekan dua kali, setiap Senin dan Kamis pukul 13.00 - 15.00 WIB