Kebetulan saya punya satu artikel ttg tema tsb, yg sayang sekali tidak saya simpan url-nya. Jadi apakah ukhti sekalin tdk keberatan, klo saya copy paste di sini? Mengenai perbedaan yg ada sering kita jumpai terjadi pada ummat islam..hendaknya lah ingat firman-Nya pada surat (Huud : 118 ) "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka." (Huud: 118-119)
Bukan kebetulan jika Allah Subhaanahu wa ta'ala menciptakan milyaran manusia. Dari Nabi Adam hingga sekarang, tak satupun di antara mereka yang menyerupai, apalagi sama. Dua saudara kembar, sekalipun tetap berbeda. Secara fisik mungkin tampak mirip, tapi keduanya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Keduanya memiliki kecenderungan yang tidak sama. Keduanya tak ingin menjadi pribadi sendiri-sendiri, yang satu di antara yang lain tidak ingin disamakan. Dalam ajaran Islam tidak dikenal istilah titisan, apalagi reinkarnasi. Orang yang sudah meninggal dunia tak akan pernah digantikan oleh siapapun juga, termasuk anak keturunannya. Oleh karenanya, tidak satupun orang terdahulu yang mirip dengan kita. Allah Maha Kreatif dalam penciptaan manusia. Di balik semua perbedaan manusia sesungguhnya terletak taqdir Allah. Di balik taqdir tersebut tersimpan rahasia dan hikmah yang apabila direnungkan dengan sungguh-sungguh akan tampak kebesaran Allah, Besar dalam Sifat-Nya, Besar dalam Dzat-Nya, dan Besar dalam Penciptaaan-Nya. Warna-warni kehidupan adalah sunnatullah.
Dianjurkan bagi seorang yang lagi stres untuk melihat berlama-lama ikan hias yang bergerak lincah dalam aquarium. Lebih afdhal jika ikan hias itu berwarna warni. Kombinasi warna yang seringkali kontras dalam tubuh ikan itu justru dapat menyejukkan pandangan, menenangkan perasaan, dan seterusnya mengurangi stres dan tekanan jiwa. Itulah sunnatullah yang terhampar luas di jagad raya itu. Melalui gambaran di atas, masih adakah keinginan kita untuk menyeragamkan manusia, atau malah meleburnya menjadi satu ujud tanpa senyawa? Merupakan kebodohan jika masih ada di antara kita yang mimpi seperti itu. Ilusi seperti itu sangat bertentangan dengan sunnatullah yang terhampar luas di pemukaan bumi
Meniadakan perbedaan sama halnya dengan menentang sunnatullah, menentang fitrah kemanusaian, sekaligus menentang diri kita sendiri. Bagi Allah tidaklah sulit untuk menyatukan manusia, tapi Allah secara sengaja membiarkan mereka berbeda. (lihat surat Huud : 118 - 119 tadi) menurut Ar Razi dalam tafsirnya, "Berselisih Pendapat" dlm ayat di atas adalah perselisihan pendapat manusia tentang agama, akhlaq dan perbuatan-perbuatan yang lain. Lebih jauh perbedaan itu bisa jadi dalam masalah aqidah, syari'ah (fiqh), dan akhlaq, juga siyasah. Perbedaan dalam keempat hal tersebut di kalangan ummat Islam sudah ada sejak Rasulullah masih hidup. Beliau menyaksikan di antara sahabat-sahabatnya berselisih pendapat tentang banyak hal. Di antaranya ada yang diluruskan, ada yang dibenarkan salah satunya, ada yang dibenarkan dua-duanya, dan ada pula yang dibiarkan. Akhwati fillah...klo kita baca shirah...gak pernah kan para shahabat berselisih pendapat sampai berdebat hebat apalagi sampai terjadi pertumpahan darah Sebagai pemimpin ummat, Rasulullah menyadari bahwa perbedaan dan silang pendapat adalah suatu yang niscaya. Justru dalam perbedaan itu terletak potensi yang sangat besar, yang jika dapat dikelola dengan baik dan tepat sasaran, justru akan membuahkan kekuatan yang luar biasa. Sebaliknya, jika perbedaan itu disikapi secara salah dan dikelola semaunya, maka perbedaan itu akan berubah menjadi konflik yang pada ujungnya bakal mendatangkan bencana. Di masa Rasulullah, betapapun besarnya perbedaan dan dalamnya perselisihan di antara para sahabat, semuanya dapat diselesaikan, bahkan perbedaan itu telah membawa rahmat dan berbagai kemajuan Islam. Dalam perbedaan itulah para sahabat bersaing dan berlomba untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas, dan mengembangkan segenap potensi. Perbedaan seperti itulah yang disebut-sebut dalam Islam sebagai rahmat.
Sesi Tanya jawab : kenapa sih perilaku para sahabat dijaman keemasan itu ga bisa terulang lagi? Jawaban : pertama pertanyaan rina itu simple tapi tidak demikian dengan jawabannya... dalam sebuah riwayat rasulullah dikabarkan menyatakan bahwa memang setelah era beliau dan para shahabat tidak akan ada lagi yang serupa... jawaban ada yang memang berasal dari pernyataan rasulullah sendiri... tapi kita bisa juga mencoba menimbang dan mencari penjelasannya dengan mengacu pada Hadis tersebut...jawaban ada yang memang berasal dari pernyataan rasulullah sendiri... tapi kita bisa juga mencoba menimbang dan mencari penjelasannya dengan mengacu pada Hadis tersebut... lalu lebih spesifik lagi, yang rina tanya itu kan perilaku, sesuatu yang basic yang menjadi 'modal' bagi individu dalam berinteraksi dlm kehidupannya sehari-hari nah, ketika itu para shahabat masih memiliki sosok rasulullah yang setiap saat dapat dilihat dan didengar serta dipanuti... kita sekarang? untuk itulah selain kecil kemungkinan bisa 'mengkopi' masa keemasan islam era para shahabat, kita tidak memiliki rasulullah yang bisa jadi 'instant guide' kita kurang lebih begitu, tapi kan yang akan dicoba ditekankan di sini adalah proses bukan hasilnya bukankah allah rasul dan para mu'min yang akan menilai KERJA kita, bukan HASIL KERJA kita? jadi yang penting bukan mencontoh HASIL atau PENCAPAIAN para shahabat, tapi IKHTIAR kita untuk terus mencoba bisa mencotoh mereka. yaitu, bahwa rasulullah tetap memuji masa/era/zaman kita bahwa kita lebih dari para shahabat in a sense that kita lebih besar nilai IKHTIAR nya karena begitu mustahil bisa dengan instan merujuk pada rasulullah yang telah wafat untuk setiap perihal yang kita hadapi yang bahkan ketika beliau hidup itu tidak ada.
Room Kajian Muslimah ini merupakan program Divisi Kewanitaan IMB. Insya Alloh diselenggarakan sepekan dua kali, setiap Senin dan Kamis pukul 13.00 - 15.00 WIB
Excellent, love it! » » »